Oleh: Rahajeng Kurniawati
Sekolah bukan hanya tempat menimba ilmu agar bisa menyelesaikan soal ujian atau diterima di PTN/PTS favorit. Sekolah seharusnya mengajarkan tentang bagaimana siswa bisa menyelesaikan tantangan kehidupan di dunia nyata nantinya.
Menjawab permasalahan tersebut, Kampus Guru Cikal mengadakan pelatihan guru di SMP Permata Hati Purwokerto dengan tema “Merdeka Belajar” secara bertahap, di mana pelatihan tahap 1 diadakan pada Kamis, 23-24 November 2017 dengan mengambil ruangan kelas di SMP Permata Hati Purwokerto, Jawa Tengah. Pelatihan diadakan tepat pukul 08.00 hingga 14.00 WIB serta dihadiri oleh semua guru SMP Permata Hati, kepala sekolah & ketua Yayasan Permata Hati. Total jumlah peserta pelatihan yang hadir 12 peserta.
Dari proses sharing yang dilakukan, banyak peserta yang terjebak pada paradigma yang salah kaprah, yaitu materi pelajaran hanya berpatokan penuh pada kurikulum, yang cenderung menyamaratakan kondisi siswa.
Sudah tahu keliru, maka tak bisa berlama-lama berkubang pada lubang yang sama. Berkaca pada kondisi yang ada, para peserta selaku pendidik sepakat untuk belajar dari rekan seperjuangan, bukan hanya dari para ahli, serta menumbuhkan pertanyaan “mengapa” dalam tiap pembelajaran, sehingga dapat menumbuhkan motivasi internal.
Setelah melakukan diskusi, para peserta mengelompokkan persoalan ke dalam enam kategori yaitu merdeka belajar, memanusiakan hubungan, memahami konsep, memilih tantangan, membangun keberlanjutan, serta memberdayakan konteks.
Pelatihan tahap 2 berlangsung pada tanggal 25 hingga 27 Januari 2018, dilanjutkan 1 Maret hingga 3 Maret 2018, lalu pada tanggal 5 hingga 7 April 2018, di SMP Permata Hati Purwokerto. Adapun materi pelatihan yang diberikan seputar pendidikan inklusi, dengan tujuan mengenal karakteristik peserta didik dengan kebutuhan khusus.
Tak hanya melibatkan para tenaga pendidik, tapi juga mengajak para orang tua peserta didik untuk bisa turut serta. Mengingat pendidikan tak hanya berlangsung di sekolah, tapi juga dalam keluarga. Para orang tua bercerita tentang sulitnya membuat kesepakatan antara mereka dengan sang buah hati. Di mana kesulitan berkomunikasi dengan anak berkebutuhan khusus juga jadi salah satu kendala. Padahal kesepakatan bersama adalah hal awal yang dapat membantu terciptanya disiplin.
Pola komunikasi yang efektif dapat menjadi pendorong disiplin yang baik, dan hal ini dapat diterapkan dengan sederhana dalam interaksi sehari-hari dengan anak, antara lain dengan memberikan apresiasi, berempati, dan mendengarkan anak. Bukan dengan ancaman atau sogokan.
Pelatihan dilanjutkan dengan mengenal keragaman peserta didik dengan kebutuhan khusus yang mungkin ditemui di SMP Permata Hati, seperti hambatan sensori, permasalahan proses belajar, serta gangguan komunikasi dan interaksi sosial/perilaku.
Pada materi pengenalan karakteristik kebutuhan khusus, para peserta diajak untuk menonton potongan film “Taare Zameen Par.” Dengan potongan film tersebut diharapkan peserta dapat menentukan acuan kerangka berpikir dalam menentukan karakteristik kebutuhan khusus siswa dengan permasalahan belajar. Peserta pun diberikan gambaran mengenai proses belajar seorang pembelajar (proses input hingga ouput) untuk memberikan pemahaman mengenai kendala yang dialami peserta didik dengan permasalahan belajar. Para peserta dapat memahami pendekatan proses belajar dalam menganalisa permasalahan belajar seorang peserta didik. Dengan demikian setiap anak berhak merdeka belajar, yang nantinya bisa membuat dirinya mandiri, apapun kondisinya saat ini, karena pada dasarnya setiap manusia berharga.
Catatan: program pelatihan guru di SMP Permata Hati Purwokerto merupakan kerja sama antara NusantaRun dengan Kampus Guru Cikal pada chapter 4.