Oleh: Rahajeng Kurniawati
Faktor pembeda yang mencolok antara manusia dan makhluk hidup lainnya adalah kesempatan. Meski sama-sama bisa bertumbuh dan berkembang biak, namun kenyataannya kesempatan untuk “naik kelas” hanya dimiliki oleh manusia. Dalam rentang waktu 15 hingga 20 tahun, seiring dengan pertambahan usia, manusia juga akan menjadi sosok yang jauh berbeda. Bukan sekadar jadi lebih dewasa, namun juga bisa menciptakan karya dan berdaya untuk sesama. Untuk bisa berkarya dan berdaya, selain butuh kemampuan dan semangat, tentu perlu ada kesempatan untuk bisa mengeksplorasi minat dan bakat yang dimiliki.
Pada tanggal 9 Februari 2019 lalu, NusantaRun menggelar acara #RayakanKebaikan, yang dihadiri oleh Sahabat NusantaRun, para pelari, donatur, relawan, partner, media, dan sponsor. Dian Maya Puspitasari selaku Stakeholder Engagement Yayasan Lari Nusantara mengungkapkan tiga pilar yang menjadi landasan NusantaRun, yakni keinginan untuk berbagi, kecintaan pada dunia lari dan juga pada ibu pertiwi, melalui rute yang dilintasi saat berlari. Semangat inilah yang menjadi dasar bagi founder NusantaRun, Jurian Andika dan Christopher Tobing.
Pada tahun keenamnya, dengan rute Wonosobo-Gunungkidul, NusantaRun Chapter 6 telah berhasil mengumpulkan donasi sebesar Rp 2,6 miliar—di mana keseluruhan donasi tersebut diperuntukkan bagi anak-anak penyandang disabilitas, bekerjasama dengan Kampus Guru Cikal. Program ini memang takserta merta menyelesaikan isu mengenai penyandang disabilitas di Indonesia. Namun diharapkan melalui pengembangan minat dan bakat, anak-anak penyandang disabilitas dapat punya kesempatan hidup yang lebih baik. Taksekadar mandiri, tapi juga dapat “naik kelas”. Founder Kampus Guru Cikal, Najeela Shihab berharap gerakan semacam ini dapat menginspirasi dan juga membentuk paradigma baru tentang penyandang disabilitas yang sebenarnya punya hak yang sama, khususnya dalam akses pendidikan.
Tentu kelancaran acara dan target donasi tidak akan tercapai tanpa adanya kontribusi dari banyak #OrangBaik, dari berbagai macam profesi dan latar belakang bergotong royong untuk pendidikan Indonesia yang lebih baik. Uniknya lagi, mereka yang berkontribusi bukan hanya orang dewasa melainkan juga ada anak-anak (micro volunteers) yang juga tak kalah bersemangat memberikan bantuan. Tak sampai di situ, hal unik lain yang hanya ada di NusantaRun Chapter 6 adalah diet plastik—di mana polutan plastik punya pengaruh signifikan dalam meningkatnya resiko kanker, gangguan pernapasan, serta disabilitas.
Sebanyak 7757 donatur, 210 pelari, dan 247 relawan, 25 sponsor dan media partner telah bahu membahu untuk kemajuan anak-anak yang bahkan tidak mereka kenal. Namun mereka percaya satu hal, bahwa apa yang diawali dengan niat baik niscaya akan senantiasa menemukan “jalan” di tengah hambatan dan rintangan. Dalam waktu 145 hari, para pelari harus berjuang mengetuk pintu orang baik untuk mengumpulkan donasi dan berlatih tentunya.
Ditutup dengan penampilan dari Andien Aisyah yang menyanyikan lagu “Warna-Warna”, #RayakanKebaikan menjadi momen untuk melepas rindu dan mengenang kembali masa-masa perjuangan menyelesaikan puluhan hingga ratusan kilometer tanpa medali.
Terima kasih orang-orang baik atas kontribusi yang tak berkesudahan! Sampai bertemu kembali di NusantaRun Chapter 7!